Photobucket

Minggu, 20 Februari 2011

Wasiat Rosulullah kepada Ibnu Adam

 
Tentang Besarnya pengampunan Allah

Dari Anas bin Malik r.a, dia berkata,”Aku mendengar Rosulullah saw bersabda,Allah SWT berfirman
“Wahai ibnu Adam,bila kamu berdo'a kepada-Ku(Allah) dan mengharapkan rahmat-Ku,aku akan mengampuni dosamu dan aku tidak peduli bagaimanapun banyaknya.Wahai ibnu Adam,seandainya dosamu telah mencapai awan dilangit, kemudian kamu minta ampun kepada-Ku maka aku akan mengampuni dosamu.Wahai ibnu Adam, seandainya kamu datang kepada-Ku dengan membawa kesalahan sebesar bumi, kemudian kamu menjumpai-Ku, kamu tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu , aku akan datang pada-Mu dengan membawa pengampunan sebesar bumi juga.”(HR Tirmidzi,Ahmad dan Ad-Darimi)

Tidak ada dosa yang tidak diampuni bila orang itu mau benar-benar bertaubat kepada Allah, kecuali dosa menyekutukan Allah, meskipun dosanya memenuhi isi jagad raya dan lebih berat daripada isi bumi.
Inilah inti wasiat Rosulullah kepada anak Adam(manusia).Rosulullah SAW berwasiat demikian supaya mereka segera bertaubat kepada Allah sebelum ajal menjemputnya.


Ada dua jenis dosa yang harus diperhatikan bagi orang yang bertaubat.pertama  dosa yang berkaitan dengan manusia.kedua dosa yang berkaitan dengan Allah.
     Dosa yang berkaitan dengan manusia dapat diselesaikan dengan cara meminta maaf kepada orang yang pernah disakiti,didzalimi, digunjingkan, difitnah, dipukul, dijatuhkan kehormatannya dan segala bentuk kesalahan atau perbuatan jahat kepadanya.
Sedangkan jika kesalahannya itu berkaitan dengan harta benda maka harus minta kehalalannya atau keikhlasannya.bila hal ini tidak dilakukan maka dosa terhadap sesama manusia masih tetap ada.
Setelah menyelesaikan hak Adamiy, maka orang yang bertaubat harus memohon ampun kepada Allah dengan banyak membaca istighfar, meningkatkan amal ibadahnya, menjauhi segala bentuk kemungkaran.
Anjuran untuk memperbanyak istighfar sesuai dengan firman Allah SWT
“Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun.”(QS Nuh : 10)
                Rosullulah saw pun pernah bersabda ; “ Apabila kamu berbuat dosa sampai dosamu setinggi langit, kemudian kamu bertaubat niscaya Allah akan mengampuni dosamu.”
                Rosulullah saw bersabda: “Sekitar Arsyi terdapat tulisan yang berumur 4000 tahun sebelum dunia diciptakan. Tulisan tersebut berbunyi:”(Sesungguhnya Aku adalah Maha Pengampun bagi setiap orang yang bertaubat,beriman, dan beramal shaleh kemudian ia meminta petunjuk)”
Ini sesuai dengan sabda Rosulullah saw :”Setiap anak Adam pernah melakukan dosa, sedangkan sebaik-baik orang yang berdosa adalah mereka yang bertaubat.”
Ulama Ahli Hikmah berkata :”Orang yang berakal ketika bertaubat hendaknya mengerjakan 10 perkara, yaitu:
      1.Lisannya senantiasa membaca istighfar 
            2.Menyesali perbuatannya dari dosa yang dikerjakan 
      3.Meninggalkan segala bentuk perbuatan dosa tersebut 
            4.Berjanji tidak mengulangi perbuatan dosanya untuk selamanya
      5.Mencintai dan mengutamakan akhirat 
            6.Bersikap sederhana dalam urusan duniawi 
            7.Hanya berbicara pada hal-hal yang bermanfaat 
            8.Mengurangi makan dan minum
            9.Tekun beribadah 
           10.Mengurangi tidur(waktu lebih banyak digunakan untuk bekerja, beribadah dan belajar)

Al-Hasan berkata:”Orang yang mengumpat cukup beristighfar dengan tanpa meminta halalnya.”
Pendapat Al-Hasan ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan Anas bin Malik, bahwa Rosulullah saw pernah bersabda :”Kafarat (tebusan) orang yang kamu umpat adalah memohonkan ampun baginya”
                Kalau ia mengaku bertaubat dan banyak membaca istighfar, tetapi amal ibadahnya tidak ditingkatkan, perbuatan kemaksiatannya kadang-kadang masih diulang lagi, maka ia belum disebut taubat nasuha, ia adalah orang yang sedang bermain-main dengan agama. Perbuatannya ini juga termasuk kemaksiatan, sepertinya ia telah melecehkan Allah dengan pernyataan taubatnya itu. 

Wallahua'lam..


Sabtu, 19 Februari 2011

Mengapa Kita Membaca AlQuran Meskipun Tidak Mengerti Satupun Artinya?


   Kisah teladan Seorang muslim tua Amerika tinggal di sebuah perkebunan/area di sebelah timur Pegunungan Kentucky bersama cucu laki-lakinya. Setiap pagi Sang kakek bangun pagi dan duduk dekat perapian membaca Al-qur’an. Sang cucu ingin menjadi seperti kakeknya dan memcoba menirunya seperti yang disaksikannya setiap hari.
Suatu hari ia bertanya pada kakeknya : “ Kakek, aku coba membaca Al-Qur’an sepertimu tapi aku tak bisa memahaminya, dan walaupun ada sedikit yang aku pahami segera aku lupa begitu aku selesai membaca dan menutupnya. Jadi apa gunanya membaca Al-quran jika tak memahami artinya ?

Sang kakek dengan tenang sambil meletakkan batu-batu di perapian, memjawab pertanyaan sang cucu : “Cobalah ambil sebuah keranjang batu ini dan bawa ke sungai, dan bawakan aku kembali dengan sekeranjang air.”

Anak itu mengerjakan seperti yang diperintahkan kakeknya, tetapi semua air yang dibawa habis sebelum dia sampai di rumah. Kakeknya tertawa dan berkata, “Kamu harus berusaha lebih cepat lain kali “.

Kakek itu meminta cucunya untuk kembali ke sungai bersama keranjangnya untuk mencoba lagi. Kali ini anak itu berlari lebih cepat, tapi lagi-lagi keranjangnya kosong sebelum sampai di rumah.

Dengan terengah-engah dia mengatakan kepada kakeknya, tidak mungkin membawa sekeranjang air dan dia pergi untuk mencari sebuah ember untuk mengganti keranjangnya.

Kakeknya mengatakan : ”Aku tidak ingin seember air, aku ingin sekeranjang air. Kamu harus mencoba lagi lebih keras. ” dan dia pergi ke luar untuk menyaksikan cucunya mencoba lagi. Pada saat itu, anak itu tahu bahwa hal ini tidak mungkin, tapi dia ingin menunjukkan kepada kakeknya bahwa meskipun dia berlari secepat mungkin, air tetap akan habis sebelum sampai di rumah. Anak itu kembali mengambil / mencelupkan keranjangnya ke sungai dan kemudian berusaha berlari secepat mungkin, tapi ketika sampai di depan kakeknya, keranjang itu kosong lagi. Dengan terengah-engah, ia berkata : ”Kakek, ini tidak ada gunanya. Sia-sia saja”.

Sang kakek menjawab : ”Nak, mengapa kamu berpikir ini tak ada gunanya?. Coba lihat dan perhatikan baik-baik keranjang itu .”

Anak itu memperhatikan keranjangnya dan baru ia menyadari bahwa keranjangnya nampak sangat berbeda. Keranjang itu telah berubah dari sebuah keranjang batu yang kotor, dan sekarang menjadi sebuah keranjang yang bersih, luar dan dalam. ” Cucuku, apa yang terjadi ketika kamu membaca Qur’an ? Boleh jadi kamu tidak mengerti ataupun tak memahami sama sekali, tapi ketika kamu membacanya, tanpa kamu menyadari kamu akan berubah, luar dan dalam.


Kamis, 17 Februari 2011

Biodata Rosulullah Shollallahu 'alaihi Wasalam


Firman Allah S.W.T. yang bermaksud: "Sesungguhnya engkau (Muhammad) mempunyai akhlak yang agung (mulia)." (Surah Al-Qalam:4) Firman Allah S.W.T. lagi yang bermaksud: "Sesungguhnya Allah S.W.T. dan para Malaikat-Nya berselawat kepada Nabi. Maka, wahai mereka yang beriman berselawatlah kamu kepadanya dan ucaplah salam penghormatan kepadanya dengan sebaik selawat dan salam." (Surah Al-Ahzab:56)

Sabda Nabi Muhammad s.a.w. :
"Barangsiapa yang berselawat kepadaku pada waktu pagi sepuluh kali dan pada waktu petang sepuluh kali, dia akan memperolehi syafaatku pada hari kiamat. "

Pepatah Melayu ada mengatakan "Tak Kenal, Maka Tak Sayang"

SEJARAH RINGKAS RASULULLAH SAW

BIODATA RASULULLAH SAW
Nama: Muhammad bin 'Abdullah bin 'Abdul Muttalib bin Hashim
Tarikh lahir: Subuh Isnin, 12 Rabiulawal / 20 April 571M (dikenalisebagai tahun gajah; sempena peristiwa tentera bergajah Abrahah yangmenyerang kota Ka'abah)
Tempat lahir: Di rumah Abu Talib, Makkah Al-Mukarramah
Nama bapa: 'Abdullah bin 'Abdul Muttalib bin Hashim
Nama ibu: Aminah binti Wahab bin 'Abdul Manaf
Pengasuh pertama: Barakah Al-Habsyiyyah (digelar Ummu Aiman. Hambaperempuan bapa Rasulullah SAW)
Ibu susu pertama: Thuwaibah (hamba perempuan Abu Lahab)
Ibu susu kedua: Halimah binti Abu Zuaib As-Sa'diah (lebih dikenali Halimah As-Sa'diah. Suaminya bernama Abu Kabsyah)

USIA 5 TAHUN
Peristiwa pembelahan dada
Rasulullah SAW yang dilakukan oleh dua
malaikat untuk mengeluarkan bahagian
syaitan yang wujud di dalamnya.

USIA 6 TAHUN
Ibunya Aminah
binti Wahab ditimpa sakit dan meninggal dunia di Al-Abwa'
(sebuah kampung yang terletak di antara Mekah dan Madinah)
Baginda dipelihara oleh Ummu
Aiman (hamba perempuan bapa Rasulullah SAW)
dan dibiayai oleh datuknya 'Abdul Muttalib.

USIA 8 TAHUN
Datuknya, 'Abdul Muttalib pula meninggal dunia.
Baginda dipelihara pula oleh bapa saudaranya, Abu Talib.

USIA 9 TAHUN (Setengah riwayat mengatakan pada usia 12tahun).
Bersama bapa saudaranya, Abu Talib bermusafir ke Syam atas urusanperniagaan.
Di kota Busra, negeri Syam, seorang pendita Nasrani bernama Bahira (Buhaira) telah bertemu ketua-ketua rombongan untuk menceritakan tentang pengutusan seorang nabi di kalangan bangsa Arab yang akan lahir pada masaitu.

USIA 20 TAHUN
Terlibat dalam peperangan Fijar. Ibnu Hisyam di dalam kitab 'Sirah' , jilid 1, halaman 184-187 menyatakan pada
ketika itu usia Muhammad SAW ialah14 atau 15 tahun. Baginda menyertai peperangan itu beberapa hari danberperanan mengumpulkan anak-anak panah sahaja.
Menyaksikan ' perjanjian Al-Fudhul'; perjanjian damai untuk memberi pertolongan kepada orang yang dizalimi di Mekah..

USIA 25TAHUN
Bermusafir kali kedua ke Syam atas urusan perniagaan barangan
Khadijahbinti Khuwailid Al-Asadiyah.
Perjalanan ke Syam ditemani oleh Maisarah; lelaki suruhan Khadijah..
Baginda SAW bersama-sama Abu Talib
dan beberapa orang bapa saudaranya
yang lain pergi berjumpa Amru bin Asad (bapa saudara Khadijah) untuk meminang Khadijah yang berusia 40 tahun ketika itu.
Mas kahwin baginda kepada Khadijah adalah sebanyak 500 dirham.

USIA 35 TAHUN
Banjir besar melanda Mekah dan meruntuhkan dinding Ka'abah.
Pembinaan semula Ka'abah dilakukan oleh pembesar-pembesar dan pendudukMekah.
Rasulullah SAW diberi kemuliaan untuk meletakkan 'Hajarul-Aswad' ketempat asal dan sekaligus meredakan pertelingkahan
berhubung perletakanbatu tersebut.

USIA 40 TAHUN
Menerima wahyu di gua Hira' sebagai perlantikan menjadi Nabi dan Rasulakhir zaman.

USIA 53 TAHUN
Berhijrah ke Madinah Al-Munawwarah dengan ditemani oleh Saidina AbuBakar Al-Siddiq.
Sampai ke Madinah pada tanggal 12 Rabiulawal/ 24 September 622M.

USIA 63 TAHUN
Kewafatan Rasulullah
SAW di Madinah Al-Munawwarah pada hari Isnin, 12Rabiulawal tahun 11H/ 8 Jun 632M.
ISTERI-ISTERI RASULULLAH SAW.
Khadijah Binti Khuwailid
Saudah Binti Zam'ah
'Aisyah Binti Abu Bakar (anak Saidina Abu Bakar)
...Hafsah binti 'Umar (anak Saidina 'Umar bin Al-Khattab)
Ummi Habibah Binti Abu Sufyan
Hindun Binti Umaiyah (digelar Ummi Salamah)
Zainab Binti Jahsy
Maimunah Binti Harith
Safiyah Binti Huyai bin Akhtab
Zainab Binti Khuzaimah (digelar 'Ummu Al-Masakin'; Ibu Orang Miskin)

ANAK-ANAK RASULULLAH SAW
1. Qasim
2. Abdullah
3. Ibrahim
4. Zainab
5. Ruqaiyah
6. Ummi Kalthum
7. Fatimah Al-Zahra'

ANAK TIRI RASULULLAH SAW
Halah bin Hind bin Habbasy bin
Zurarah al-Tamimi (anak kepada SaidatinaKhadijah bersama Hind bin Habbasy. Ketika berkahwin dengan Rasulullah,Khadijah adalah seorang janda).

SAUDARA SESUSU RASULULLAH SAW

IBU SUSUAN

SAUDARA SUSUAN

1.. Thuwaibah
1. Hamzah
2. Abu Salamah Abdullah bin Abdul Asad
1. Halimah Al-Saidiyyah
1. Abu Sufyan bin Harith bin Abdul Mutallib
2. Abdullah bin Harith bin Abdul 'Uzza
3.. Syaima' binti Harith bin Abdul 'Uzza
4. 'Aisyah binti Harith bin abdul 'Uzza

BAPA DAN IBU SAUDARA RASULULLAH SAW (ANAK-ANAK
KEPADA ABDUL MUTTALIB)
1. Al-Harith
2. Muqawwam
3. Zubair
4. Hamzah ***
5. Al-'Abbas ***
6. Abu Talib
7. Abu Lahab (nama asalnya 'Abdul 'Uzza)
8.. Abdul Ka'bah
9. Hijl
10. Dhirar
11. Umaimah
12. Al-Bidha (Ummu Hakim)
13.. 'Atiqah ##
14. Arwa ##
15. Umaimah
16. Barrah
17. Safiyah (ibu kepada Zubair Al-'Awwam) *** 
*** Sempat masuk Islam.
## Ulama' berselisih pendapat tentang Islamnya.

Sabda Rasulullah SAW:
ISTERI-ISTERI RASULULLAH SAW.
Khadijah Binti Khuwailid
Saudah Binti Zam'ah
'Aisyah Binti Abu Bakar (anak Saidina Abu Bakar)
...Hafsah binti 'Umar (anak Saidina 'Umar bin Al-Khattab)
Ummi Habibah Binti Abu Sufyan
Hindun Binti Umaiyah (digelar Ummi Salamah)
Zainab Binti Jahsy
Maimunah Binti Harith
Safiyah Binti Huyai bin Akhtab
Zainab Binti Khuzaimah (digelar 'Ummu Al-Masakin'; Ibu Orang Miskin)

ANAK-ANAK RASULULLAH SAW
1. Qasim
2. Abdullah
3. Ibrahim
4. Zainab
5. Ruqaiyah
6. Ummi Kalthum
7. Fatimah Al-Zahra'

ANAK TIRI RASULULLAH SAW
Halah bin Hind bin Habbasy bin
Zurarah al-Tamimi (anak kepada SaidatinaKhadijah bersama Hind bin Habbasy. Ketika berkahwin dengan Rasulullah,Khadijah adalah seorang janda).

SAUDARA SESUSU RASULULLAH SAW

IBU SUSUAN

SAUDARA SUSUAN

1.. Thuwaibah
1. Hamzah
2. Abu Salamah Abdullah bin Abdul Asad
1. Halimah Al-Saidiyyah
1. Abu Sufyan bin Harith bin Abdul Mutallib
2. Abdullah bin Harith bin Abdul 'Uzza
3.. Syaima' binti Harith bin Abdul 'Uzza
4. 'Aisyah binti Harith bin abdul 'Uzza

BAPA DAN IBU SAUDARA RASULULLAH SAW (ANAK-ANAK
KEPADA ABDUL MUTTALIB)
1. Al-Harith
2. Muqawwam
3. Zubair
4. Hamzah ***
5. Al-'Abbas ***
6. Abu Talib
7. Abu Lahab (nama asalnya 'Abdul 'Uzza)
8.. Abdul Ka'bah
9. Hijl
10. Dhirar
11. Umaimah
12. Al-Bidha (Ummu Hakim)
13.. 'Atiqah ##
14. Arwa ##
15. Umaimah
16. Barrah
17. Safiyah (ibu kepada Zubair Al-'Awwam) *** 
*** Sempat masuk Islam.
## Ulama' berselisih pendapat tentang Islamnya.

Sabda Rasulullah SAW:
"Siapa yang menghidupkan sunnahku, maka sesungguhnya dia telah mencintai ku. Dan siapa yang mencintai ku niscaya dia bersamaku di dalam surga." (Riwayat Al-Sajary daripada Anas) 



Senin, 14 Februari 2011

^19 Tips Menuju Kebahagiaan Sejati^



LA TAHZAN (JANGAN BERSEDIH)...! 


dari DR,'AIDH AL-QARNY:


1]. Sadarilah bahwa jika Anda tidak hidup hanya dalam batasan hari.


2]. Lupakan masa lalu dan semua yang pernah terjadi, karena perhatian yang terpaku pada yang telah lewat   dan selesai merupakan kebodohan dan kegilaan.

3]. Jangan menyibukkan diri dengan masa depan, sebab ia masih berada di alam gaib. Jangan pikirkan hingga ia datang dengan sendirinya.

4]. Jangan mudah terguncang oleh kritikan. Jadilah orang yang teguh pendirian, dan sadarilah bahwa kritikan itu akan mengangkat harga diri Anda setara dengan kritikan tersebut.

5]. Beriman kepada Allah, dan beramal salih adalah kehidupan yang baik dan bahagia.

6]. Barangsiapa menginginkan ketenangan, keteduhan, dan kesenangan, maka dia harus berdzikir kepada Allah.

7]. Hamba harus menyadari bahwa segala sesuatu berdasarkan ketentuan qadha' dan qadar.

8]. Jangan menunggu terima kasih dari orang lain.

9]. Persiapkan diri Anda untuk menerima kemungkinan terburuk.

10]. Kemungkinan yang terjadi itu ada baiknya untuk diri Anda.

11]. Semua qadha' bagi seorang muslim baik adanya.

12]. Berpikirlah tentang nikmat, lalu bersyukurlah.

13]. Anda dengan semua yang ada pada diri Anda sudah lebih banyak daripada yang dimiliki orang lain.

14]. Yakinlah, dari waktu ke waktu selalu saja ada jalan keluar.

15]. Yakinlah, dengan musibah hati akan tergerak untuk berdoa.

16]. Musibah itu akan menajamkan nurani dan menguatkan hati.


17]. Sesungguhnya setelah kesulitan itu akan ada kemudahan.


18]. Jangan pernah hancur hanya karena perkara-perkara yang sepele.

19]. Sesungguhnya Rabb itu Maha Luas Ampunan-Nya.



Datangnya Hari Akhir



            Abu Hurairah radianllahu anha. berkata, "Ketika Rasulullah ShalAllah Alaihi Wassalam. di suatu majelis sedang berbicara dengan suatu kaum, datanglah seorang kaum dan berkata, 'Kapankah kiamat itu?' Rasulullah terus berbicara, lalu sebagian kaum berkata, 'Beliau mendengar apa yang dikatakan olehnya, namun beliau benci apa yang dikatakannya itu.' Dan sebagian dari mereka berkata, 'Beliau tidak mendengarnya.' Sehingga, ketika beliau selesai berbicara, maka beliau bersabda, 'Di manakah gerangan orang yang bertanya tentang kiamat?' Ia berkata, 'Inilah saya, wahai Rasulullah.' Beliau bersabda, 'Apabila amanat itu telah disia-siakan, maka nantikanlah kiamat.' Ia berkata, 'Bagaimana menyia-nyiakannya?' Beliau bersabda, 'Apabila perkara (urusan) diserahkan pada satu riwayat disebutkan dengan: disandarkan kepada selain ahlinya, maka nantikanlah kiamat."


`63 Tahun dunia sama dengan 1 menit 43 detik akhirat`

   
     Berbagai bencana alam, kembali menimpa bangsa Indonesia. Mulai dari 'tsunami' kecil di Wasior, Papua, yang menewaskan lebih dari 150 orang, disusul banjir di Jakarta yang mampu menghentikan denyut jantung aktivitas perekonomian Ibu Kota, lalu gempa dan tsunami di pantai Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatra Barat, yang merenggut lebih dari 115 nyawa, hingga awan panas Gunung Merapi yang mencapai suhu 8000C di Yogyakarta, seakan ikut andil untuk 'menyapa' manusia. Fenomena alam ini tak ubahnya secuil bukti kemahakuasaan Allah untuk menggambarkan betapa kecilnya kuasa manusia di dunia.

Lebih dari empat miliar tahun planet bumi diciptakan beserta sumber dayanya, tak lain adalah untuk memfasilitasi hidup manusia. Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk nomaden yang berasal dari alam azali, berpindah ke alam rahim, lalu lahir ke alam dunia. Selanjutnya, diantarkan ke alam barzakh dengan tempat pemberhentian di alam akhirat.

Sesungguhnya, batas waktu (time limit) khalifah di bumi ini sangat singkat. Ia laksana seorang pengembara yang mampir untuk sekadar minum. Begitulah Rasullullah SAW menggambarkan kehidupan manusia di dunia.

Setiap bayi yang lahir di alam fana ini tidak punya pilihan untuk hidup, kecuali dengan dua buah kitab, yakni kitab catatan perbuatan baik (sijjin) dan perbuatan buruk (illiyin). Itulah yang akan menyertainya sampai akhirat nanti. Ditambah lagi, dengan amanah Allah yang khusus diberikan kepada manusia, yakni shalat.

Suatu ketika sahabat melihat Ali bin Abi Thalib RA ketika berwudhu. Kulitnya tampak berwarna kuning, dan badannya gemetar ketika shalat. Sahabat lain yang menyaksikannya kemudian bertanya kepada menantu Rasullullah itu. "Wahai Ali, mengapa engkau kelihatan seperti tidak sehat ketika berwudhu dan shalat?" Ali menjawab; "Bagaimana aku tidak gemetar, jika gunung, pohon, dan makhluk lainnya saja, tidak sanggup memegang amanah Allah ini."

Hidup di dunia sangatlah singkat, tak sebanding dengan kehidupan di akhirat. "Para malaikat dan Jibril naik menghadap Allah, dalam sehari setara dengan 50 ribu tahun." (QS Al-Maarij [70]: 4).

Berarti, waktu sehari di akhirat sama dengan 50 ribu tahun di dunia. Bila dikonversikan dengan umur manusia berdasarkan usia Rasullullah SAW (63 tahun), maka kehidupan manusia setara dengan 1 menit 49 detik di akhirat. Suatu waktu yang sangat singkat. Oleh karena itu, berhitunglah! 

Wallahu a'lam bishowab


Minggu, 13 Februari 2011

`KETIKÅ RÅSULULLÅH WÅFÅT`


“Allah SWT telah berfirman : “Sesungguhnya aku telah melarang semua para Nabi masuk ke dalam surga sebelum engkau (Muhammad SAW) masuk terlebih dahulu, dan aku juga melarang semua umat memasuki surga sebelum umatmu memasuki terlebih dahulu.”

Saya merinding membaca firman Allah di atas. Sekaligus bersyukur dan bangga telah menjadi pengikut Nabi Muhammad.
saya menangis setelah membaca kisah mengharu biru dan mengaduk-aduk emosi saya. Emosi yang saya keluarkan itu, bukan emosi cengeng yang biasa keluar. Tapi emosi paling pol yang saya rasakan karena mengetahui betapa mulianya seorang Nabi yang selama ini kita selalu mengagungkan Beliau, Rasulullah SAW.
Saya tahu betapa mulianya akhlak Kekasih Allah itu, betapa “luar biasanya” Nabi Muhammad SAW di kalangan malaikat, sahabat bahkan semua makhluk ciptaan Allah SAW. Terutama saat beliau akan meninggal.
Buku Hikmah-hikmah Untuk Menuju Surga, ditulis Drs. Aep Saepulloh MH itulah yang membuat saya berderai air mata. Khususnya kisah Tangisan Abu Bakar dan Hari Wafatnya Rasulullah. Setelah membaca kisah tersebut, baru terbuka mata hati saya. Betapa mulia dan agungnya Beliau, bahkan malaikat Izrail pun mesti bertanya dulu, apakah ia boleh masuk rumah Rasul, tatkala Izrail diperintahkan Allah mencabut nyawa Rasulullah. Saya beruntung dan bersyukur tiada tara (sambil berlinang air mata) menjadi salah satu pengikut Rasulullah.


Allah SWT berfirman :
“…Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah engkau takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk engkau agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al-Maidah 5:3)
Diriwayatkan bahwa surat Al-Maidah ayat 3 di atas, turun setelah waktu Ashar berselang, tepatnya pada hari Jumat di Padang Arafah saat musim haji penghabisan (haji wada). Ketika itu Rasulullah SAW sedang berada di atas onta Padang Arafah. Ketika ayat tersebut turun, Rasulullah kurang begitu mengerti apa isyarat yang berhubungan dengan turunnya ayat tersebut. Lalu, Beliau bersandar pada ontanya, kemudian onta Beliau pun duduk secara perlahan-lahan.
Setelah itu turunlah Malaikat Jibril dan berkata :
“Wahai Muhammad, sesungguhnya pada hari ini telah disempurnakan urusan agamamu, maka terputuslah apa yang diperintahkan oleh Allah SWT dan demikian juga larangan-larangan-Nya. Oleh karena itu, kumpulkanlah para sahabatmu dan beritahu mereka, hari ini adalah terakhir aku bertemu denganmu.”
Kemudian Malaikat Jibril pergi, Rasulullah SAW pun berangkat ke Mekah dan terus melanjutkan perjalanan ke Madinah. Rasulullah mengumpulkan para sahabat dan menceritakan apa yang telah dikabarkan Malaikat Jibril kepada dirinya. Mendengar hal ini, para sahabat pun gembira sambil berkata :
“Agama kita telah sempurna . Agama kita telah sempurna.”
Tetapi berbeda dengan Abu Bakar Ash-Shidiq, mendengar keterangan Rasulullah itu, ia tidak kuasa menahan kesedihannya dan langsung pulang ke rumah. Lalu mengunci pintu rapat-rapat dan menangis sekuat-kuatnya. Abu Bakar menangis dari pagi hingga malam.
Alam Semesta Ikut Menangis
Kisah tentang Abu Bakar menangis itu kemudian sampai kepada para sahabat ynag lain. Lalu berkumpullah para sahabat di hadapan rumah Abu Bakar, dan mereka berkata:
“Wahai Abu Bakar, 
apakah yang telah membuat engkau menangis seperti ini? Bukankah, seharusnya engkau gembira sebab agama kita telah sempurna.”
Mendengar pertanyaan dari para sahabat tersebut, Abu Bakar pun berkata :
“Wahai para sahabatku, kalian tidak tahu tentang musibah yang akan menimpa kita. Tidakkah engkau tahu, saat suatu perkara itu sempurna, akan terlihat kekurangannya. Karena itu dengan turunnya ayat tersebut suatu pertanda telah datang waktu yang sangat menyedihkan, yaitu sebentar lagi kita akan berpisah dengan Rasulullah SAW. Fatimah menjadi yatim dan para isteri Nabi menjadi janda.”
Setelah mereka mendengar penjelasan Abu Bakar, sadarlah mereka akan kebenaran kata-kata Abu Bakar. Mereka pun menangis dengan sekencang-kencangnya. Tangisan mereka itu kemudian didengar oleh sahabat-sahabat lainnya, lantas mereka pun memberitahu Rasullah tentang apa yang terjadi.
Berkatalah salah seorang dari sahabat :
“Ya, Rasulullah, kami baru pulang dari rumah Abu Bakar dan kami melihat banyak orang sedang menangis dengan suara kuat di rumah beliau.”
Ketika Rasulullah SAW mendengar keterangan dari para sahabat itu, berubahlah air muka Beliau dan bergegas menuju ke rumah Abu Bakar. Setelah sampai di rumah Abu Bakar, Beliau melihat semua menangis dan Beliau pun bertanya :
“Wahai para sahabatku, kenapa kalian menangis?”
Ali bin Abi Thalib berkata :
“Ya, Rasulullah, Abu Bakar mengatakan bahwa dengan turunnya ayat ini membawa tanda bahwa waktu wafatmu telah dekat. Adakah ini benar ya Rasulullah?”
Lalu Rasulullah berkata :
“Semua yang dikatakan Abu Bakar adalah benar dan sesungguhnya waktuku untuk meninggalkan kalian semua sudah dekat.”
Setelah Abu Bakar mendengar pengakuan Rasulullah SAW, ia justru menangis sekuat tenaga, sampai ia jatuh pingsan. Sementara Ali bergetar kemudian terkapar tubuhnya. Para sahabat lain pun menangis dengan sekuat-kuat yang mereka mampu. Sehingga gunung-gunung, batu-batu, semua malaikat yang di langit, cacing-cacing yang menggeliat di bumi dan semua binatang, baik yang di darat maupun di laut turut menangis.
Kemudian Rasulullah bersalaman dengan para sahabat satu persatu dan berwasiat kepada mereka.
Rasulullah diQishash
Jangka waktu Rasulullah SAW hidup setelah turunya ayat tersebut, ada yang mengatakan 81 hari, ada yang mengatakan Beliau hidup 50 hari, ada yang mengatakan hidup selama 35 hari dan ada pula yang mengatakan bahwa beliau hidup 21 hari.
Pada saat ajal Rasulullah SAW sudah dekat, Beliau menyuruh Bilal adzan untuk mengerjakan salat. Lalu berkumpullah para Muhajirin dan Anshar di Masjid Rasulullah. Kemudian Beliau menunaikan salat dua rakaat bersama semua yang hadir. Setelah selesai salat, Beliau bangkit lalu naik ke atas mimbar, seraya berkata :
“Alhamdulillah, wahai para muslimin, sesungguhnya saya adalah seorang nabi yang diutus dan mengajak manusia kepada jalan Allah dengan ijin-Nya. Saya ini adalah saudara kandung kalian, kasih sayangku pada kalian seperti seorang ayah pada anaknya. Oleh karena itu kalau ada siapapun di antara kalian yang mempunyai hak untuk menuntut, maka hendaklah ia berdiri dan membalasku, sebelum saya dituntut di hari kiamat.”
Rasulullah berkata demikian sebanyak 3 kali, kemudian bangkitlah seorang lelaki bernama ‘Ukasyah bin Muhshan dan berkata :
“Demi ayahku dan ibuku ya, Rasulullah SAW, kalau anda tidak mengumumkan kepada kami berkali-kali soal ini, sudah tentu saya tidak mau mengemukakan hal ini.”
Lalu ‘Ukasyah berkata lagi :
“Sesungguhnya dalam Perang Badar saya turut bersamamu ya Rasulullah, pada saat itu saya mengikuti onta Anda dari belakang. Setelah dekat, saya pun turun menghampiri Anda dengan tujuan supaya saya dapat mencium paha Anda. Tetapi Anda telah mengambil tongkat dan memukul onta Anda untuk berjalan cepat. Pada saat itu saya pun Anda pukul dan pukulan itu mengenai tulang rusuk saya.
Oleh karena itu saya ingin tahu, apakah Anda sengaja memukul saya atau hendak memukul onta tersebut.”
Rasulullah berkata :
“Wahai ‘Ukasyah, saya sengaja memukul engkau.”
Kemudian Rasulullah SAW berkata kepada Bilal:
“Wahai Bilal, pergilah engka......u ke rumah Fatimah dan ambilkan tongkatku.”
Saat keluar dari masjid menuju rumah Fatimah, ia meletakkan tangannya di atas kepala seraya berkata :
“Rasulullah SAW telah mempersiapkan dirinya untuk dibalas (diqishash).”
Ketika Bilal sampai di rumah Fatimah, Bilal memberi salam dan mengetuk pintu. Kemudian Fatimah menyahut dengan berkata :
“Siapakah yang ada di pintu?”
Bilal menjawab :
“Saya Bilal, saya telah diperintah Rasulullah untuk mengambil tongkat Beliau.”
Kemudian Fatimah berkata :
“Wahai Bilal untuk apa ayahku minta tongkatnya.”
Berkata Bilal :
“Wahai Fatimah Rasulullah telah menyiapkan dirinya untuk diqishash.”
Fatimah berkata lagi :
“Wahai Bilal siapakah manusia yang sampai hati mengqishash Rasulullah SAW?”
Bilal tidak menjawab pertanyaan Fatimah. Setelah Fatimah memberikan tongkat tersebut, Bilal pun membawa tongkat itu ke hadapan Rasulullah SAW.
Pembelaan Para Sahabat
Setelah Rasulullah SAW menerima tongkat tersebut dari Bilal, beliau pun menyerahkan pada ‘Ukasyah. Melihat kejadian mengharukan ini, Abu Bakar dan Umar bin Khattab tampil ke hadapan sambil berkata :
“ ‘Ukasyah janganlah engkau qishash Baginda Nabi, tetapi engkau qishashlah kami berdua.”
Ketika Rasulullah SAW mendengar kata-kata Abu Bakar dan Umar, dengan segera Beliau berkata :
“Wahai Abu Bakar, Umar, duduklah engkau berdua, sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan tempatnya untuk engkau berdua.”
Kemudian Ali berdiri, lalu berkata :
“Wahai ‘Ukasyah! Aku adalah orang yang senantiasa berada di samping Rasulullah SAW, oleh karena itu, engkau pukullah aku dan janganlah engkau mengqishash Rasulullah.”
Lalu Rasulullah SAW berkata :
“Wahai Ali, duduklah engkau, sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan tempatmu dan mengetahui isi hatimu.”
Setelah itu Hasan dan Husein berdiri dan berkata :
“Wahai ‘Ukasyah, bukankah engkau tahu bahwa kami ini adalah cucu Rasulullah, kalau engkau mengqishash kami sama dengan engkau mengqishash Rasululullah SAW.”
Mendengar kata-kata dari cucunya, Rasulullah SAW pun berkata :
“Wahai buah hatiku, duduklah engkau berdua.”
Berkata Rasulullah SAW :
“Wahai ‘Ukasyah pukullah saya kalau engkau hendak memukul.”
Kemudian ‘Ukasyah berkata :
“Ya, Rasulullah SAW, Anda telah memukul saya sewaktu saya tidak memakai baju.”
Lantas, Rasulullah pun membuka baju. Setelah Beliau membuka baju, menangislah semua yang hadir.
Setelah ‘Ukasyah melihat tubuh Rasulullah SAW, ia pun mencium Beliau dan berkata :
“Saya tebus Anda dengan jiwa saya, ya Rasulullah SAW. Siapakah yang sanggup memukul Anda? Saya melakukan ini karena saya ingin menyentuh (memeluk) tubuh Anda yang dimuliakan oleh Allah SWT dengan badan saya. Dan semoga Allah SWT menjaga saya dari neraka atas kehormatanmu.”
Kemudian Rasulullah SAW berkata :
“Dengarlah engkau sekalian, sekiranya engkau hendak melihat ahli surga, inilah orangnya.”
Kemudia semua para sahabat bersalam-salaman atas kegembiraan mereka terhadap peristiwa yang sangat genting itu. Setelah itu para sahabat pun berkata :
“Wahai ‘Ukasyah, inilah keuntungan yang paling besar bagimu, engkau telah memperoleh derajat tinggi dan bertemankan Rasulullah SAW dalam surga.”
Wasiat Rasulullah SAW
Ketika ajal Rasulullah makin dekat, Beliau pun memanggil para sahabat ke rumah Siti Aisyah dan Beliau bersabda:
“Selamat datang, semoga Allah SWT mengasihi kalian, saya berwasiat kepada
kalian agar senantiasa bertakwa kepada Allah SWT dan mentaati segala perintah-Nya. Sesungguhnya hari perpisahan saya dengan kalian sudah dekat, itu berarti semakin dekat pula kembalinya seorang hamba kepada Allah SWT dan menempatkannya di surga-Nya.
“Kalau sampai ajalku, hendaklah Ali yang memandikanku, 
Fadhl bin Abas hendaklah menuangkan air dan Usamah bin Zaid hendaklah menolong keduanya. Setelah itu kafanilah aku dengan pakaianku sendiri. Jika kalian menghendaki, kafanilah aku dengan kain Yaman yang putih. Jika engkau memandikan aku, hendaklah engkau letakkan aku di atas balai tempat tidurku dalam rumahku ini. Setelah itu kalian keluarlah sebentar meninggalkan aku.”
“Pertama yang akan menshalati aku ialah Allah SWT, kemudian diikuti oleh malaikat Israfil, Malaikat Mikail dan yang terakhir malaikat Izrail beserta dengan semua para pembantunya. Setelah itu, barulah kalian masuk semua mensalatiku.”
Setelah para sahabat mendengar ucapan yang sungguh menyayat hati itu, mereka pun menangis dengan suara yang keras dan berkata :
“Ya, Rasulullah SAW Anda adalah seorang Rasul yang diutus kepada kami dan untuk semua, selama ini Anda memberi kekuatan pada kami dan Anda pula pemimpin yang mengurus semua perkara kami. Apabila Anda sudah tiada nanti, kepada siapakah kami bertanya setiap ada persoalan muncul?.”
Kemudian Rasulullah SAW bersabda :
“Dengarlah para sahabatku, aku tinggalkan kepada kalian jalan yang benar dan jalan yang terang, dan telah aku tinggalkan dua penasehat. Yang satu pandai bicara dan yang satu lagi diam saja. Yang pandai bicara itu adalah Alquran dan yang diam itu ialah maut. Apabila ada persoalan yang sulit dan berbelit di antara kalian, hendaklah kalian kembali kepada Alquran dan Hadistku dan sekiranya hati engkau keras, lembutkan dia dengan mengambil pelajaran dari mati.”
Setelah Rasulullah SAW berkata demikian, Beliau kemudian mulai merasakan sakit. Dalam bulan Safar Rasulullah sakit selama 18 hari dan sering diziarahi para sahabat.
Dalam sebuah kitab diterangkan, bahwa Rasulullah diutus pada Hari Senin dan wafat pada Hari Senin. Pada Hari Senin penyakit Beliau bertambah berat. Setelah Bilal selesai adzan subuh, Bilal pun pergi ke rumah Rasulullah SAW. Sampai di sana, Bilal memberi salam :
“Assalamu’alaika ya Rasulullah.”
Lalu dijawab Fatimah :
“Rasulullah SAW masih sibuk dengan urusan Beliau.”
Setelah Bilal mendengar penjelasan dari Fatimah, Bilal pun kembali ke masjid tanpa memahami kata-kata Fatimah itu. Ketika waktu subuh hampir habis, Bilal pergi sekali lagi ke rumah SAW dan memberi salam seperti tadi. Kali ini salam Bilal telah didengar Rasulullah SAW. Baginda berkata :
“Masuklah wahai Bilal, sesungguhnya penyakitku ini semakin berat, oleh karena itu, kau suruhlah Abu Bakar mengimami salat subuh berjamaah dengan mereka yang hadir.”
Setelah mendengar kata-kata Rasulullah, Bilal pun berjalan menuju masjid sambil meletakkan tangan di atas kepala, seraya berkata :
“Aduh musibah.”
Setelah Bilal sampai di masjid, Bilal pun memberitahu Abu Bakar tentang apa yang telah Rasulullah SAW katakan kepadanya.
Abu Bakar tidak dapat menahan dirinya saat ia melihat mimbar kosong. Lantas dengan suara keras Abu Bakar menangis hingga ia jatuh pingsan. Melihat peristiwa itu maka riuhlah dalam masjid, sehingga Rasulullah bertanya kepada Fatimah :
“Wahai Fatimah apa yang telah terjadi?”
Fatimah pun berkata :
“Keriuhan kaum muslimin, sebab Anda tidak pergi ke masjid.”
Kemudian Rasulullah SAW memanggil Ali dan Fadhl bin Abas, lalu beliau bersandar pada kedua bahu mereka dan terus pergi ke masjid. Setelah sampai di masjid, Rasulullah pun salat subuh bersama dengan para jamaah. Setelah selesai salat subuh, Beliau berkata :
“Wahai kaum muslimin, kalian senantiasa dalam pertolongan dan penjagaan Allah. Oleh karena itu, hendaklah kalian bertakwa kepada Allah SWT dan mengerjakan segala perintah-Nya. Sesungguhnya aku akan meninggalkan dunia ini dan kalian. Hari ini adalah hari pertamaku di akhirat dan hari terakhirku di dunia.”
Setelah berkata demikian, Rasulullah SAW pun pulang ke rumah.
Izrail Menjemput Rasulullah
Kemudian Allah SWT mewahyukan kepada Malaikat Izrail :
“Wahai Izrail, pergilah engkau kepada kekasihku dengan sebaik-baik wajah, dan jika engkau hendak mencabut rohnya,

‎`Izrail Menjemput Rasulullah`

Kemudian Allah SWT mewahyukan kepada Malaikat Izrail :

“Wahai Izrail, pergilah engkau kepada kekasihku dengan sebaik-baik wajah, dan jika engkau hendak mencabut rohnya, hendaklah engkau melakukan dg cara yg pali......ng lembut sekali. Jika engkau pergi ke rumahnya, minta izinlah terlebih dahulu. Kalau ia izinkan engkau masuk, maka masuklah engkau ke rumahnya dan kalau ia tidak izinkan engkau masuk, hendaklah engkau kembali padaku.”
Setelah Malaikat Izrail mendapat perintah dari Allah SWT, Malaikat Izrail pun turun menyerupai orang Arab Baduwi. Setelah Malaikat Izrail sampai di hadapan rumah Rasulullah, ia pun memberi salam :
“Assalamu’alaikum yaa ahla bait nubuwwati wa ma danir risaalatia adkhulu?” (mudah-mudahan keselamatan tetap untuk kalian, wahai penghuni rumah Nabi dan sumber risalah, bolehkah saya masuk?)
Ketika Fatimah mendengar ada orang memberi salam, ia pun berkata :
“Wahai hamba Allah, Rasulullah SAW sedang sibuk, sebab sakitnya yang semakin berat.”
Kemudian Malaikat Izrail berkata lagi seperti semula, dan kali ini seruan malaikat itu telah didengar oleh Rasulullah SAW, lantas beliau bertanya kepada Fatimah :
“Wahai Fatimah, siapakah di depan pintu itu.”
Fatimah menjawab :
“Ya Rasulullah, ada seorang Arab Baduwi memanggilmu, aku telah katakan padanya bahwa Anda sedang sibuk sebab sakit, sebaliknya dia memandang saya dengan tajam sehingga badan saya terasa menggigil.”
Kemudian Rasulullah SAW berkata :
“Wahai Fatimah, tahukah engkau siapakah orang itu?”
Jawab Fatimah : “Tidak ayah.”
“Dia adalah Malaikat Izrail , malaikat yang akan memutuskan segala macam nafsu syahwat yang memisahkan perkumpulan-perkumpulan dan yang memusnahkan semua rumah serta meramaikan kubur.”
Fatimah tidak dapat menahan air matanya lagi setelah mengetahui, bahwa saat perpisahan dengan ayahandanya semakin dekat, ia pun menangis sejadi-jadinya.Ketika Rasulullah mendengar tangisan Fatimah, Beliau pun berkata :
“Janganlah engkau menangis wahai Fatimah, engkaulah orang pertama dalam keluargaku yang akan bertemu denganku.”
Kemudian Rasulullah SAW pun menjemput Malaikat Izrail masuk. Malaikat Izrail pun masuk dengan mengucap :
“Assalamu’alaikum ya Rasulullah.”
Lalu Rasulullah SAW menjawab :
“Waalaikassaalam, wahai Izrail, engkau datang menziarahi aku atau untuk mencabut rohku?”
Berkata malaikat Izrail :
“Kedatangan saya adalah untuk menziarahimu dan untuk mencabut rohmu, itupun kalau engkau izinkan. Kalau tidak engkau izinkan, aku akan kembali.”
Berkata Rasulullah SAW :
“Wahai Izrail, dimanakah engkau tinggalkan Jibril?”
Berkata Izrail :
“Saya tinggalkan Jibril di langit dunia, semua para malaikat sedang memuliakan dia.”
Tidak berapa lama, Jibril pun turun dan duduk dekat (di samping) kepala Rasulullah SAW. Ketika Rasulullah SAW melihat kedatangan Jibril, Beliau pun berkata :
“Wahai Jibril, tahukah engkau bahwa ajalku sudah dekat.”
Berkata Jibril : “Ya aku tahu.”
Rasulullah bertanya lagi : “Wahai Jibril, beritahu kepadaku kemuliaan yang menggembirakanku di sisi Allah SWT.”
Berkata Jibril :
“Sesungguhnya semua pintu langit telah dibuka, para malaikat berbaris rapi menanti rohmu di langit. Semua pintu surga telah dibuka, dan semua para bidadari sudah berhias menanti kehadiran rohmu.”
Berkata Rasulullah SAW :
“Alhamdulillah. Sekarang engkau katakan tentang umatku di hari kiamat nanti.”
Berkata Jibril :
“Allah SWT telah berfirman : “Sesungguhnya aku telah melarang semua para Nabi masuk ke dalam surga sebelum engkau masuk terlebih dahulu, dan aku juga melarang semua umat memasuki surga sebelum umatmu memasuki terlebih dahulu.”
Berkata Rasulullah SAW:
“Sekarang aku telah lega dan telah hilang rasa susahku. Wahai Izrail, dekatlah engkau padaku.”
Setelah itu Malaikat Izrail pun mengawali tugasnya. Ketika rohnya sampai pada ubun-ubun (pusat), Rasulullah SAW pun berkata :
“Wahai Jibril, alangkah dahsyatnya kematian itu.”
Jibril nampak mengalihkan pandangan dari Rasulullah SAW,
Jibril nampak mengalihkan pandangan dari Rasulullah SAW, ketika mendengar kata-kata Beliau. Melihat sikap Jibril itu Rasulullah SAW pun berkata :
“Wahai Jibril, apakah engkau tidak suka melihat wajahku?”
Jibril berkata :
“Wahai kekasih Allah, ......siapakah orang yang sanggup melihat wajahmu di kala engkau dalam sakaratul maut ?”
Anas bin Malik RA bercerita, ketika roh Rasulullah SAW sampai di dada, Beliau bersabda :
“Aku wasiatkan kepada engkau agar kalian menjaga salat dan apa-apa yang telah diperintahkan kepadamu.”
Ali bin Abi Thalib berkata :
“Sesungguhnya Rasulullah ketika menjelang saat terakhir, telah menggerakkan kedua bibir Beliau sebanyak dua kali, dan saya meletakkan telinga saya dekat dengan Rasulullah, seraya Beliau berkata :
“Umatku, umatku.”
Kemudian Rasulullah bersabda :
“Malaikat Jibril telah berkata kepadaku: Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah SWT telah menciptakan sebuah laut di belakang gunung Qaf, dan di laut itu terdapat ikan yang selalu membaca shalawat untukmu, barang siapa yang mengambil seekor ikan dari laut tersebut, maka akan lumpuhlah kedua belah tangannya dan ikan tersebut akan menjadi batu.”


Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (balasan kebaikan pada) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS al-Ahzaab:21).
Look Me

.:|Assalamu'alaikum|:.

Selamat datang di faizah's Blog - Terima kasih telah berkunjung. Salam ukhuwah fillah ^_^

Dari Abu Hamzah, Anas bin Mâlik Radhiyallahu 'anhu

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya segala apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri berupa kebaikan”. [HR al-Bukhâri dan Muslim].